Friday, February 21, 2020

Segelintir Kisah Haru, Berpetualang di Pulau Perjuangan




Kehidupan Warga Kepulauan Memang Penuh Perjuangan


Sumenep: Mencoba mengajak pembaca untuk mengurai sejumlah persoalan dari pengalaman berpetualang di Pulau Kangean Sumenep. Ada beragam kisah dan cerita haru yang dapat ditangkap dan dicoba dibagi agar sama-sama meresapi.

Singkat cerita, beberapa hari yang lalu. Saya mengikuti safari kepulauan Polres Sumenep. Dengan menaiki Kapal Cepat Ekspress Bahari dari pelabuhan Kalianget menuju pelabuhan Batuguluk Pulau Kangean.
Sekitar Pukul 07.00 WIB, Setelah semua penumpang menaiki kapal cepat, perlahan-lahan kapal mulai berjalan. Sejenak terasa asik karena ombak tidak begitu besar. Sambil menikmati keindahan pemandangan di laut, Saya pun menyantap kopi hangat di atas kapal. Namun semakin jauh perjalan ombak mulai terasa, tubuh terasa ikut bergoyang mengikuti gerakan kapal. Pikiran pun mulai berkecamuk, antara pasrah dan keyakinan akan selamat sampai menepi di pelabuhan pulau kangean. Dan Alhamdulillah Sekitar Pukul 11.00 WIB sampai di pelabuhan Batuguluk.

Sebelum turun terlebih dahulu mengabadikan momen, dan berselfi ria bersama teman-teman lainnya. Setelah itu menaiki kendaraan yang sudah disiapkan menuju kecamatan Arjasa. Setelah sampai di kantor Kecamatan Arjasa, beristirahat sejenak, setelah itu dilangsungkan dengan sejumlah kegiatan, diantaranya berkunjung ke Polsek Arjasa, santunan anak yatim, latihan bersama pencak silat dengan perguruan di kangean di lapangan arjasa, FGD dengan masyarakat dan bersilaturahim di sebuah pesantren. Yang tidak kalah memprihatinkan lagi mengenai pelayanan kesehatan, di mana di pulau kangean belum ada satu pun dokter spesialis. Bagi pasien yang perlu dirujuk harus ke daratan dengan melakukan penyeberangan sekitar 12 jam perjalanan menuju pelabuhan kalianget. Setelah itu baru bisa merebahkan diri di salah satu tempat wisa taman impian milik salah satu anggota Dewan dapil kepulauan.

Nah, keesokan harinya yang banyak menorehkan cerita lucu campur haru dan pilu. Kala itu saat rombongan menuju kecamatan kangayan ketimur dari kecamatan arjasa. Jalannya rusak hingga puluhan kilo, di tengah hutan lagi. Terlihat sapi dan kerbau berkeliaran di sepanjang perjalanan, tanpa ada tamparnya seolah dibiarkan saja oleh pemiliknya di tengah hutan belantara. Di tengah menikmati jalan rusak berlubang dan tergenang air, sepontan ada banyak guyonan dan istilah-istilah baru bermunculan salah satunya istilah."Jamal" dan "Jamur" istilah ini bisa ditanyakan kepada Ustad Rahman, hahaha...yang tidak kalah serunya saat rombongan beriringan di sepanjang piggir jalan banyak warga berbondong-bondong berjejer sambil melambaikan tangannya seraya menyapa. Dan mereka rata-rata perempuan yang oleh temen-teman dalam guyonnya di istilahkan "Jamal" dan "Jamur" itu.
Dengan begitu, canda gelak tawa pun pecah menghiasi perjalanan yang menegangkan, sehingga tanpa terasa sampai juga ke lokasi yang dituju yaitu Polsek Kangayan. Beragam kegiatan pun berlangsung termasuk peresmian gedung tempat peristirahatan petugas saat menjalankan tugasnya di kepulauan kangean.
Di kangayan inilah, beragam keluhan warga yang dilontarkan, salah satunya mengenai tidak kunjung menyalanya listrik yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat. Sebab sejauh ini warga di kecamatan Kangayan belum pernah merasakan listrik. Seperti yang dirasakan warga di daratan selama 24 jam. Bahkan untuk bisa mendapatkan penerang di malam hari, sebagian warga berinisiatif sendiri dengan memanfaatkan tenaga aki yang disambunkan ke lampu. Sementara warga lainnya yang ekonominya mampu membayar kepada pemilik jasa mesin disel per bulan Rp 300 hingg Rp 500 ribu rupiah. Itu pun menyala sejak magrib hingga pukul 23.00 Wib. Sedangkan untuk siang harinya tidak ada aliran listrik sama-sekali. Sungguh luar biasa sabarnya warga kepulauan, sebab di zaman moderen ini masih belum menikmati listrik.

Padahal tiang listrik dan kabelnya sudah terpasang, namun hingga saat ini listrik belum juga menyala.

Setelah itu rombongan melanjutkan perjalanannya menuju pulau sapuntan dengan menaiki speed boat. Nah, di pulau inilah terdapat sejumlah persoalan pelik yang ditemukan. Salah satunya konflik Pilkades, terdapat pro kontra antar pendukung, sehingga sebagian warga menolak Kades terpilih, sehingga Kapolres harus turun tangan langsung mendamaikan antar pendukung yang bergejolak tersebut. Selain itu di sapuntan ini ditemukan sebuah lembaga pendidikan diduga fiktif. Bahkan pengelolanya terkesan kelimpungan saat disidak oleh pihak dari diknas dan kemenag. Usai ke sapuntan rombongan kembali lagi ke mapolsek kangayan untuk bermalam di sana.

Nah, di hari ketiga inilah yang menyisaka kisah haru dan pilu. Di saat rombongan hendak balik ke Sumenep. Saya dan temen-temen media lainnya, meliput APMS yang pagarnya ditutup dan sepi pembeli. Bahkan salah seorang warga bilang nyaris tidak membeli bahan bakar di APMS karena sering tutup.

Kemudian perjalanan ke pelabuhan batuguluk dilanjutkan. Setelah sampai baru menaiki kapal Ekspress Bahari menuju pelabuhan kalianget. Nah, di tengah perjalan tiba-tiba ombak besar sehingga banyak penumpang yang mabuk bergelimpangan. Saya pun demikian, tetapi Saya lebih berdiam dan memejamkan mata, sambil membaca sebuah bacaan yang dihafal mulai dari Al-fatihah hingga kalimat Kulfu.
Sebab di momen itu ombak sangat besar. Bahkan Saya sendiri mulai pasrah. Sebab dalam kapal terus oleng ke kanan dan ke kiri sesuai irama ombak. Seolah kapal mau tenggelam. Bahkan saking besarnya goyangan ombak membuat kursi di bagian dalam ambruk.

Suara gemuruh orang muntah pun menyelimuti perjalanan kapal menuju pelabuhan kalianget. Dan Alhamdulillah setelah Isyak kapal baru bisa bersandar di pelabuhan Kalianget. Itu artinya semua penumpang selamat dan kegiatan safari kepulauan sukses dan lancar..

Demikian segelintir kisah sebuah petualang yang bisa dibagi. Semoga menjadi bahan renungan untuk perbaikan pelayanan di kepulauan di masa-masa yang akan datang..semoga..Wallahu'alam Bissoweb..

Cerita pecinta kopi hitam.

Tuesday, February 11, 2020

KH. A. Busyro Karim: “Seandainya Bisa Saya Jadi Wartawan” Sebuah Profesi Diabadikan dalam Al-Qur’an Surah (Al-Naba’)




Sebuah Profesi Diabadikan dalam Al-Qur’an Surah (Al-Naba’)



Semakin bangga menjadi seorang Jurnalis atau yang akrab dikenal dengan sebutan Wartawan. Karena selain pekerjaannya yang mulia memberikan informasi ke masyarakat.  Ternyata  nama Wartawan juga tertera dalam sebuah Surah dalam Al-Qur’an, yaitu Surah ke 78 (Al-Naba’), yang artinya pembawa berita. Bahkan dari ribuan Ayat dalam Al-Qur’an ada sekitar 142 Ayat yang berkaitan tentang Al-Naba’ atau pembawa berita. Yang tentunya berita positif bukan berita hoax seperti yang marak beredar di media sosial.

Bahkan, saking istimewanya profesi wartawan, mengundang perhatian  orang nomer satu di kabupaten paling ujung  timur Pulau Madura Ini, yakni Bupati Sumenep, KH. A. Busyro Karim. Manurutnya, seorang  wartawa adalah pembawa berita, sama halnya dengan Nabi yang membawa berita. Baik berita tentang surga maupun berita tentang neraka. “Seandainya bisa saya jadi wartawan, kenapa? Karena satu-satunya profesi yang diabadikan  menjadi surah dalam Alqur’an hanya wartawan. Namanya  surat Al-Naba’. Jadi dari 114 surat dalam Al-Qura’an ada Surah wartawan, karena Al-Naba’ itu pembawa berita dan wartawan juga pembawa berita,” ungkap KH. A. Busyro Karim saat  memberi sambutan di acara Resepsi Hari Pers Nasional (HPN) dan HUT ke-74 PWI, yang digelar di Meeting Room Lantai 5 Hotel de Baghraf Selasa (11/2/2020).

Konsep Dasar Berita dalam Al-Qur’an
 


Berita menempati posisi sentral dalam Al-Qur’an. Mengenai berita Al-Qur’an menawarkan beberapa konsep dasar atau terma kunci: al-naba’, al-khabar, al-ḥadÈ‹ts dan al-‘ifk.1.Al-Naba’Kata al-naba’berasal dari kata naba’a  seakar kata dengan al-anba’(menginvestigasi), al-nabi’u (tempat yang lebih tinggi), dan al-nabiy (pembawa berita=nabi). Kata al-naba’dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 29 kali; 17 kali dalam bentuk tunggal dan 12 kali dalam bentuk jamak.

Penggunaan term naba’ dalam Al-Qur’an pada umumnya merujuk pada pemberitaan yang sudah dijamin kebenarannya, atau sangat penting untuk diketahui, meskipun manusia belum bisa membuktikannya secara empirik karena keterbatasan ilmunya. Termasuk dalam kategori ini adalah berita ghaib, khususnya tentang hari kebangkitan. Selain itu juga terdapat penggunaan kata naba’dalam arti pemberitaan yang disampaikan Tuhan yang dapat diketahui manusia karena kemampuan ilmu yang dimilikinya.

Berita-berita tentang umat terdahulu yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad saw. termasuk dalam bagian ini. Berita-berita seperti ini antara lain disebutkan dalam QS. Hud (11): 100, 120, QS. Thaha (20): 99, dan QS. al-A’raf (7): 101.  Al-naba’(berita yang penting), hanya digunakan bila ada peristiwa yang sangat penting dan besar, berbeda dengan kata khabar, yang pada umumnya digunakan juga pada berita-berita sepele.

Sementara, ulama mengatakan berita baru dinamai naba’ apabila mengandung manfaat yang besar dalam pemberitaannya, adanya kepastian atau paling tidak dugaan besar tentang kebenarannya. Penyifatan al-naba’ dengan kata al-‘azhim (besar, agung) menunjukkan bahwa berita tersebut bukanlah hal biasa tetapi luar biasa. Bukan hanya pada peristiwanya tetapi juga pada kejelasan dan bukti-buktinya, sehingga mestinya ia tidak dipertanyakan lagi. Wallhua’lam Bissoweb.



Penulis, Pecinta Kopi Hitam
 

Sunday, February 9, 2020

Ternyata, Tak Semua Warga Tahu Informasi Pilbup Serentak 2020




Kendati ramai pemberitaan perpolitikan menjelang Pilbup serentak di tahun ini. Ternyata masih banyak warga yang belum mendengar berita itu. Maklum saja, karena tidak semua warga mempelototi perkembangan informasi terkini. Apalagi bagi warga yang hidup di pelosok Desa. Yang setiap hari bergelut dengan pertanian di sawahnya.
Padahal, saat ini sudah bisa dibilang puncak zaman moderen, di mana informasi terbaru sudah bisa diakses dengan cepat melalui handphone android. Seolah terasa aneh kedengarannya, di zaman ini masih ada yang ketinggalan informasi. Tetapi memang faktanya begitu, meski saat ini serba canggih, namun masih banyak warga yang memang ketinggalan informasi.

Berhubung Saya juga hidup di Desa, jadi sedikit banyak tahu tentang kehidupan di Desa. Suatu ketika Saya sempat berbincang-bincang dengan sejumlah petani yang tengah antusias menggarap sawahnya untuk ditanami padi. Nah, di saat tengah istirahat sambil menikmati kopi hitam dan menghisap sebatang rokoknya di pinggir sawah. Saya mulai berbincang-bincang banyak hal, utamanya tentang pertanian. Di sela-sela perbincangan itu, Saya iseng-iseng bertanya siapa Calon Bupati dan Wakil Bupati yang ramai diperbincangkan oleh masyarakat petani. Sontak Saya kaget setelah mendengar jawaban salah seorang petani kala itu, yang malah balik bertanya, "Beh bedeh pelean bupati pola ye cong, Sapaan calona cong?" Tanyanya dengan menggunakan bahasa madura.

Kemudian Saya jelaskan bahwa tahun ini akan ada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serentak. Mengenai calonnya masih belum ada yang resmi. Meskipun di pemberitaan sudah ramai figur yang bermunculan, khususnya di kabupaten Sumenep. "O...diyeh ra cong, ye mon engkok mun la bede coccoan ye nyoccoa cong noraah kapranah," katanya, usai mendapatkan penjelasan singkat.

Usai berbincang-berbincang, Saya bertanya-tanya pada diri Saya sendiri, bagaimana mungkin bisa mengetahui sosok figur pemimpin yang layak dipilih, wong kabar tentang adanya Pilbup saja sudah tidak tahu. Makanya tidak heran bila setiap momentum pesta demokrasi seringkali diwarnai praktik politik tidak sehat, yang korbannya masyarakat yang minim informasi seperti di daeah pedesaan.

Oleh karena itu, perlu ada pencerahan dan pencerdasan kepada masyarakat, uatamanya yang berada di wilayah pedesan yang jauh dari pusat perkembangan informasi. Sehingga mereka juga mendapat informasi yang utuh, tidak mudah menjadi korban hasutan kabar hoax yang rawan menjatuhkan salah satu pihak. Sebab bila masyarakat mendapatkan informasi yang tidak utuh, sangat berbahaya, karena otomatis ditelan mentah-mentah dan diyakini kebenarannya. Wallahu'alam Bissoweb.

Penulis, pecinta kopi hitam

Saturday, February 8, 2020

Didik Setiabudi: Jurnalis Profesi Unik




      Selamat Hari Pers Nasional (HPN)

Sebuah catatan Didik Setiabudi, salah seorang jurnalis senior di Sumenep, yang ditulis di akun facebook-nya, menyatakan bahwa profesi jurnalis itu unik, meski kelihatan dekil tidak tampil klimis, tetapi cerdas dan memiliki disiplin tinggi. Karena belajarnya langsung dengan alam setiap hari.
Bahkan, jurnalis mampu bersinggungan langsung dengan berbagai objek, baik objek benda hidup dan benda mati. Termasuk mampu bersinggungan dengan berbagai profesi mulai dari orang biasa, tokoh, pemangku kebijakan hingga orang hebat sekalipun sehingga pengetahuannya selalu update tidak monoton dan kaku.

Dengan begitu, kehidupan jurnalis serba dinamis dengan segudang pengalaman yang tidak dimiliki profesi lain.
Sehingga tidak heran bila jurnalis atau wartawan didentik sosok yang "Tahu banyak sedikit hal". Artinya meski tidak tuntas mendalami sebuah disiplin keilmuan, tetapi jurnalis sedikit banyak bisa mengimbangi melalui pengalaman yang didapat di lapangan. Karena jurnalis ketika berhadapan dengan objek yang beraneka ragam, maka dituntut untuk bisa menyesuaikan terhadap objek tersebut. Sehingga di hadapan jurnalis, sesuatu yang tidak mungkin, bisa menjadi mungkin.

Itulah yang memotivasi sosok Didik yang selalu bangga menjadi seorang jurnalis dalam kondisi dan situasi apapun,"Batre full, kamera dan laptop, tenaga harus prima, motor ready. Keliling di jalan-jalan. Menunggu dan kadang mencari peristiwa yang menarik. Ini profesi unik, tidak semua tahu. Lelah, namun menyenangkan.
Seperti di tulisan sebelumnya, rata-rata tak ada yang bercita-cita menjadi wartawan. Dekil, amburadul, mungkin itu yang membuat profesi ini jadi momok sejumlah kalangan. Padahal, mereka adalah orang-orang cerdas dengan disiplin tinggi. Setiap hari adalah ujian, dan mereka slalu lulus menghadapinya. Mereka sekolah di alam. Setiap hari, sepanjang waktu.
14 tahun bergelut dunia jurnalis, membuat saya tak dapat tampil klimis. Inilah saya dan kami sepanjang hari. Apa adanya," tulis Didik akun facebooknya.

Oleh karena itu, di momen Hari Pers Nasional (HPN) yang di peringati setiap tanggal 9 februari. Menjadi pemicu semangat bagi para jurnalis untuk terus berjuang dan berada di garda terdapan selaku pilar demokrasi yang ke empat untuk menyukseskan pembangunan demi kesejahteraan rakyat Indonesia. Semoga! Wallahu'alam.

Penulis, pecinta kopi hitam.

Tuesday, February 4, 2020

Praktik "Teori Konspirasi" Mulai Ngetren Diperbincangkan di Warung Kopi



Meminjam lagunya "Peterpen" Ada Apa dengan Teori Konspirasi. Sebuah teori yang tidak asing terdengar di telinga. Namun belakangan mulai ngetren mencuat ke permukaan. Bahkan mendengar namanya saja terkesan menantang untuk mencari tahu seperti apa dan siapa aktor-aktornya. Sebab melihat arti dasarnya konspirasi adalah komplotan dan persekongkolan. Sementara pelakunya bermain dibalik layar. Bahkan dalam definisi globalnya bahwa teori konspirasi adalah teori-teori yang berusaha menjelaskan bahwa penyebab tertinggi dari satu atau serangkaian peristiwa, baik peristiwa politik, sosial, atau sejarah adalah suatu rahasia, dan seringkali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok rahasia orang-orang atau organisasi yang sangat berkuasa atau berpengaruh. Banyak teori konspirasi yang mengklaim bahwa peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah telah didominasi oleh para konspirator belakang layar yang memanipulasi kejadian-kejadian politik. Dengan kata lain menjadikan sesuatu sebagai alternatif demi mencapai tujuan yang telah dirancang.

Dalam artian, teori ini lebih didentik dengan serangkaian rencana jahat yang melibatkan sejumlah orang yang bermain dibalik layar. Belakangan teori ini marak diperbincangkan. Semenjak mewabahnya virus corona di Negeri China. Banyak warganet di dunia maya berspekulasi dan mengait-ngaitkan virus corona itu dengan hewan kelelawar yang videonya viral di sosial media. Entah, faktanya seperti apa, sebab sejauh ini belum ada kebenaran yang pasti.

Bila mengacu pada arti dasarnya, teori konspirasi ini memang terkesan mengerikan, sebab merencanakan sesuatu yang bukan tempatnya. Sehingga wajar bila teori ini seringkali dilabelkan pada praktik negatif lainnya.

Bahkan dalam perkembangannya, yang sering terjadi di lingkungan sekitar, istilah teori konspirasi ini santer menyeruak pada praktek-praktek untuk memuluskan sesuatu. Tarulah misalkan untuk menempatkan posisi seseorang untuk meraih sebuah jabatan penting di sebuah instansi tertentu. Hal semacam itu, terkesan bukan hal tabu, tetapi seringkali terdengar nyaring di telinga walau dalam prosesnya tidak nampak di depan mata. Karena teori ini pengaplikasiannya di belakang layar.

Sehingga dengan teori ini, sejumlah orang terkadang dibuat kaget bahkan bisa saja jantungan. Sebab sesuatu yang diprediksi mustahil terjadi. Tetapi akibat teori ini semuanya bisa mungkin terjadi.

Jadi, jangan heran bila hasil dari praktek konspirasi itu mengecewakan. Karena memang dalam prosesnya di luar nalar. Yang penting misi dan kepentingannya terwujud, tidak perduli berdampak buruk bagi yang lainnya.

Kondisi semacam ini, sepintas membikin akal sehat jadi frustasi. Sebab untuk menjadi orang penting yang sesuai dengan dedikasinya, tidak cukup hanya bermodalkan kapasitas, intelektual,q profesionalitas lainnya, melainkan juga butuh praktek konspirasi untuk bisa berkontribusi dengan menduduki posisi strategis tersebut. Wallahu'alam Bissoweb..

Penulis, pecinta kopi hitam.

Menginspirasi, Siswa dari Keluarga Kurang Mampu Raih Juara Satu Olimpiade Fisika Tingkat Nasional


Wakil Bupati Sumenep, Achmad Fauzi memberikan bantuan pada siswa berprestasi


SUMENEP: Akbar Maulana, siswa   kelas tiga SMA Negeri 1 Sumenep, patut diteladani.  Sebab, meski dari kalangan keluarga kurang mampu,  tetapi berhasil meraih juara satu  Olimpiade Fisika Tingkat Nasional. Prestasi tersebut diraih  berkat hasil belajar otodidak tanpa mengikuti bimbingan belajar seperti siswa yang mampu pada umumnya.

Akbar Maulana, siswa   kelas tiga SMA Negeri 1 Sumenep,  merupakan warga Desa Pamolokan, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep. Dia adalah salah satu  siswa dari kalangan keluarga kurang mampu. Bahkan saat ini bersama ibu dan adiknya  ditampung oleh kepala Desa Pamolokan. Namun  berkat kegigihannya dalam belajar, meski secara otodidak  berhasil meraih juara satu Olimpiade Fisika Tingkat Nasional, pada Ajang  Olimpiade Nasional Primagama  di Yogyakarta beberapa waktu lalu.


Atas keberhasilan meraih prestasi gemilang  tersebut,  membuat Wakil Bupati Sumenep, Achmad Fauzi tergugah dan mendatangi kediaman  akbar tersebut untuk memberikan dukungan serta apresiasi terhadap generasi berprestasi tersebut. Apalagi yang bersangkutan berasal dari keluarga tidak mampu. “Saya akan memberikan dukungan kepada Akbar  baik secara moral atau material,  agar ke depan ia terus giat belajar dan mengembangkan potensi dirinya sampai sukses di masa depan, dan menjadi inspirasi bagi siswa lainnya,”ujar Wabup (04/02/2020)

Sementara Akbar Maulana,  menyambut baik atas keperdulian Wakil Bupati Sumenep atas apresiasi pada dirinya.  “Dalam mengikuti olimpiade itu, saya murni dari hasil belajar otodidak memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekolah, tanpa mengikuti bimbingan belajar seperti siswa lainnya,” paparnya.

Saat ini, Akbar yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, hidup bersama ibu dan adiknya,  sementara bapaknya sudah lama meninggal. Sementara  kondisi ibunya sudah sering sakit-sakitan, bahkan untuk berjalan saja harus dibantu dua tongkat. Meski kehidupannya dalam keterbatasan, tidak menyurutkan semangat akbar untuk terus belajar meraih cita-cita yang dapat membanggakan orang tuanya.(Sai)

Thursday, January 30, 2020

Sisi Lain sang Jurnalis





Mungkin tidak banyak orang tahu, seperti apa sih, sisi lain dari kehidupan seorang jurnalis. Kerna mungkin orang hanya melihat sepintas saja, bahwa seorang Jurnalis atau yang lebih akrab dikenal Wartawan adalah seseorang yang kerjaannya meliput berita. Memegang kamera atau handikem, atau menggunakan alat elektronik lainnya. Secara umum orang mengenali se-sederhana itu, tanpa secara jauh melihat secara utuh, bagaimana perjuangan seorang Wartawan itu untuk mendapatkan informasi yang layak dikonsumsi publik.

Padahal menjadi seorag Jurnalis itu sejatinya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebab tantangannya sangat banyak. Apalagi di zaman yang serba medsos, banyak bertebaran berita bohong atau hoax, menjadi tantangan tersendiri bagi jurnalis untuk menangkalnya, di tengah merebaknya dunia maya yang sudah merajalela ini. Belum lagi resiko yang harus ditanggung. Seperti meliput sebuah peristiwa di medan yang kondisinya rawan dan lokasinya yang memang menantang, bahkan terkadang nyawa pun terpaksa harus menjadi taruhannya untuk dapat mengabadikan sebuah peristiwa aktual tersebut. Tarulah, peristiwa itu terjadi di kepulauan yang harus ditempuh dengan menaiki transportasi laut. Tanpa berfikir panjang, karena apalah daya sang jurnalis dituntut untuk memberanikan diri. Bertaruh berjibaku dengan ombak dan angin kencang untuk sampai ke lokasi yang dituju, demi mendapatkan gambar yang bagus dan informasi yang utuh untuk disajikan ke publik.

Tetapi, uniknya walaupun beragam resiko yang harus dilalui, semua itu bisa ditebus dengan berhasil mengabadikan momen di mana peristiwa berlangsung. Di tambah lagi suasana yang selalu dinamis, setiap saat harus berhadapan berbagai peristiwa di tempat yang berbeda dan bersinggungan dengan siapa saja. Itulah kelebihan profesi jurnalis yang membedakan dengan profesi lainnya yang tidak menoton. Selalu saja diselimuti situasi dan kondisi aktual di mana pun berada.

Bagi saya, kendati setiap hari mengitari trotoar dari pagi hingga sore hari, bahkan terkadang hingga larut malam karena ada peristiwa genting, tetap selalu berusaha dinikmati. Kerena di momen seperti itulah letak kebahagian sang jurnalis, mampu menyajikan informasi yang utuh ke publik berkat usaha yang keras yang telah banyak menguras tenaga dan pikiran. Apalagi setelah berita itu ditayangkan langsung mendapatkan respon yang positif yang diwujudkan dengan langkah-langkah nyata oleh pihak terkait. Maka kebahagian sang jurnalis memuncak, sebab berkat perjuangan yang melelahkan mampu menuntaskan persoalan yang menyangkut orang banyak dan kepentingan masyarakat.

Sungguh sangat naif, bila terkadang kreatifitas sang jurnalis malah dipandang sebelah mata. Padahal substansinya jurnalis bekerja untuk bangsa dan negara meski tidak digaji oleh negara, melainkan digaji oleh perusahaan medianya masing-masing.

Mestinya berterima kasih lah pada jurnalis yang telah ikut serta menyukseskan pembangunan melalui pemberitaan, utamanya yang menyangkut kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan kepentingan rakyat. Sungguh pekerjaan yang sangat mulya tanpa harus mengharap apresiasi dari siapapun, tetapi berkat kontribusinya melalui pemberitaan, roda pemerintahan mampu berjalan dengan baik dan lancar sehingga rakyat bisa merasakan langsung kebijakan yang dihasilkan oleh pemegang kebijakan tersebut. Wallahu'alam Bissoweb.

Penulis pecinta kopi hitam, (30/01/2020).

Saturday, January 25, 2020

Kerajaan Baru, Berhalusinasi Membangun Kekuasaan dalam Mimpi




( Sebuah Catatan, Menggugah Nalar Sehat Anak Negeri)


Entah, ada apa dengan negeri ini, di tengah kemelut persoalan Natuna yang tengah menyita energi para petinggi dan pemangku kebijakan, tiba-tiba bermunculan kerajaan baru yang membuat geger negeri ini. "Bagaimana tidak mau geger, wong, kemunculannya tidak tanggung-tanggung, mereka mengklaim telah mengusai dunia sejagat ini," celoteh salah satu teman saya, seraya tertawa lebar saat nongkrong di sebuah warung kopi di sekitar Kota Sumenep.

Diskusi pun terus berlanjut menyikapi berbagai peristiwa nasional yang berkembang belakangan ini. Di mana setumpuk persoalan di dalam negeri yang masih carut-marut, muncul lagi persoalan baru yang bisa dibilang "lelucon" dan aneh-aneh. Terlepas ada misi tertentu dibalik itu semua. "Saya curiga, keanehan yang marak muncul belakangan ini, merupakan bentuk kekecewan klimaks sebagian rakyat Indonesia, sehingga mampu memporak-porandakan nalar sehatnya terpapar ke alam khayalan,"tuturnya.

Salah seorang politikus sekaligus spritualitas, Permadi pernah melontarkan pernyataannya di salah satu stasiun TV Swasta nasional, bahwa saat ini merupakan zaman edan. "Bagaimana tidak edan, wong ratusan Gubernur, ribuan Bupati, menteri dan pejabat lainnya yang dibui gara-gara korupsi. Belum lagi persoalan lainnya yang melilit negeri ini. Sungguh begitu edannya zaman ini," paparnya.

Sehingga wajar kata dia, bila sebagian rakyat mendambakan negeri ini kembali kepada sistim kerajaan lagi. Dengan mendambakan kembali kepada ke masa kejayaan kerajaan Majapahit dan Kerajaan Pajajaran tempo dulu. "Dan tidak menutup kemungkinan hal semacam itu pada akhirnya bakal terwujud," katanya.

Penulis hanya bisa berharap, dengan beragam peristiwa yang mendera negeri ini, tidak mengkerdilkan semangat untuk terus berjuang agar negeri ini tetap bisa bersaing dengan negara maju di dunia ini, tanpa harus mundur kebelakang, apalagi sampai kembali ke sistim kereajaan. Semoga pola pikir yang seperti itu tidak akan pernah terjadi..Semoga!!! Wallahua'lam Bissoweb.

Penulis Pecinta Kopi Hitam.

Wednesday, January 22, 2020

Menyimak, Gonjang-ganjing Perpolitikan Jelang Pilbup Serentak 2020




Semakin mendekati momentum pesta demokrasi, Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serentak 2020, beragam opini berseleweran di atas bumi Kota paling ujung timur pulau Madura ini.

Sejumlah figur mulai disanding-sandingkan, bahkan ada yang sampai melakukan polling terhadap para figur yang diyakini mampu meneruskan tampuk kepemimpinan di kabupaten yang berlatar belakang kerajaan ini.

Bahkan belakangan yang santer muncul di berbagai pemberitaan, terdapat sejumlah figur mulai dari background Kyai, Birokrat, Pengusaha dan Politisi berlomba-lomba "Merebut Rekom" Partai Islam yang perolehannya dominan pada pemilu serentak 17 April 2019 lalu.

Tontonan perpolitikan semacam itu, bukan hal yang baru, melainkan sebuah rutinitas yang kerapkali muncul di setiap momentum hajatan pesta demokrasi. Sebab kendaraan politik merupakan sebuah keharusan dalam menuntaskan sebuah perjuangannya untuk meraih sebuah kekuasaan.

Entah, dari sekian nama yang muncul ke permukaan itu, siapa yang akan betul-betul serius berkontestasi untuk merebut orang nomer satu di kota berlambang kuda terbang ini. Tetapi yang pasti, teka-teki tentang pencalonan itu, baru bisa terjawab setelah KPU setempat membuka pendaftaran Cabup-Cawabup 2020, sebab pada saat itu, para kontestan sekaligus dengan pasangannya otomatis diketahui, sebab akan mendaftarkan diri.

Penulis hanya berkeyakinan, siapapun yang berkontestasi nantinya, mereka adalah putra terbaik yang akan bersedia mengabdi pada bangsa dan negara ini. Utamanya demi kemajuan dan kemakmuran masyarakat Sumenep. Wallahua'lam Bissoweb.

Penulis, Pecinta Kopi Hitam.

Sunday, January 5, 2020

Pilkada dalam Bayang-Bayang "Cost Politics dan Money Politics"




Pilkada dalam Bayang-Bayang "Cost Politics dan Money Politics"


Cost Politik dan Money Politik, dua istilah yang tidak asing lagi di telinga, yang selalu hadir di setiap momentum pesta demokrasi. Bahkan dua istilah itu seolah menjadi cirikhas paten yang memang muncul khusus di momentum hajatan politik tersebut.

Entah, sejak kapan dan siapa yang mempelopori dua istilah itu. Karena seingat penulis sejak mengenal memontum "Pesta Demokrasi" sejak itu pula dua istilah itu juga terdengar dengan lantang di telinga. Kemudian dalam perkembangannya seiring perjalanan sang waktu dua istilah itu semakin santer dan beraneka ragam kemasan yang dibungkus dengan narasi yang terkesan lebih "Elegan" tetapi substansinya sama.

Bahkan, belakangan dari opini yang berkembang dua istilah itu, kehadirannya seolah semakin mengerikan. Dalam artian para kontestan yang hendak mewarnai pencaturan perebutan kekuasan, bila tidak mengikuti irama perkembangan kedua istilah itu, bisa dibilang hanya sebatas mewarnai tidak sungguh-sungguh menjadi kontestan yang sebenarnya.

Jadi, meski terdapat figur yang dinilai matang melalui proses pengkaderan yang panjang di internal parpolnya, serta dianggap mampu membawa perubahan saat diberi amanah ke arah yang lebih baik, tetapi tidak memiliki kekuatan dalam mengimbangi kedua istilah Cost Politik dan Money Politik sudah bisa dipastikan hanya tinggal harapan, karena pemenangnya sejatinya adalah kontestan yang memiliki kekuatan penuh, yang dimungkin melebihi dari dua istilah itu. Karena jauh-jauh sebelum menjadi kontestan sudah menyiapkan segala sesuatunya, baik dari segi sikap, mental, kendaraan, termasuk kesiapan amunisinya.


Oleh karena itu, ketika melihat realita hari ini, di mana mulai terjadi pergeseran nilai di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang dipaksa serba prakmatis, para kontestan dituntut tidak hanya cukup bermodalkan kapasitas dengan segudang pengalaman yang disandang. Melainkan perlu didukung dengan kesiapan finansial. Sebab bila tidak seperti itu, jangan sampai berharap mampu meraih kekuasaan yang diharapkan.

Penulis hanya bisa bertanya-tanya, sampai kapan istilah Cost Politik dan Money Politik akan lenyap dari bayang-bayang pesta demokrasi, yang hanya melahirkan pemimpin "Boneka" tidak independen karena dikendalikan segelintir orang saja. Lantas kapan, akan mampu melahirkan pemimpin yang betul-betul bersih serta pro rakyat secara totalitas yang tentunya murni dari kehendak rakyat tanpa harus dipengaruhi oleh siapapun. Wallahu'alam Bissoweb.

Celoteh, Pecinta Kopi Hitam
Bluto, Senin 06 Januari 2020.