Wednesday, August 7, 2019

Misteri, Jabatan Pemimpin Banyak Diburu tapi Marak Dibui



Bagi orang awam seperti Saya, hanya bisa bilang aneh, heran dan penuh misteri. Ketika melihat para pemimpin yang endingnya berakhir dibui. Padahal para pimimpin itu, sejauh pemahaman saya, merupakan putra terbaik di daerah yang bersangkutan. Karena kalau bukan putra terbaik rasanya mustahil dipilih oleh rakyatnya.

Entah, kalau dalam kacamata berbeda. Misalkan diteropong dari sudut politik atau persoalan lain. Terlepas dari itu, yang namanya pemimpin, saya tetap meyakini adalah putra terbaik.

Cuma, yang membuat saya selalu bertanya-tanya kenapa justru banyak pemimpin yang berakhir dibui? Yang rata-rata terjerat kasus korupsi. Setelah dipikir panjang pemimpin itu, kalau di pemerintahan sejatinya pelayan rakyat. Saya yakin pikiran dan tenaganya setiap saat terkait kebijakan untuk kepentingan rakyat. Tetapi mengapa masih terjerat hukum. Dan kasus korupsi lagi? Padahal mereka sudah jelas-jelas gajinya tidak kecil. Rasanya untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan keluarganya sudah lebih dari cukup, dibanding orang biasa yang juga memiliki tanggungan keluarga.

Apanya yang salah ya? Yang semestinya seorang pemimpin itu, dihormati, disegani, kharismatik, pokoknya full sempurna lah. Tetapi faktanya, semenjak berdirinya lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 2002 silam di masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri, (Sindo.news.com, 20/8/201/), hingga sekarang sudah berapa banyak para pemimpin yang dibui.

Bahkan, dilansir dari (tribunnews.com, 29/01/2019) disebutkan sejumlah pelaku korupsi di sektor politik yang ditangani KPK berjumlah 69 orang anggota DPR, 161 orang anggota DPRD, 107 orang kepala daerah.

Para politisi tersebut melakukan korupsi bersama-sama pihak swasta seperti pemegang izin perkebunan, kehutanan, izin mendirikan bangunan proyek-proyek besar, dan pelaksana proyek pengadaan di pusat dan daerah, serta pejabat level atas di birokrasi.

Jika semua ditotal, lebih dari 60 persen dari seluruh pelaku korupsi yang ditangani KPK merupakan korupsi politik atau dilakukan bersama-sama aktor politik.

Meskipun begitu, faktanya hingga saat ini jabatan pemimpin itu masih jadi rebutan paling seksi. Mulai dari tingkat Desa.(Pilkades) pemilihan Bupati, Gubernur dan pemilu Presiden
ternyata Masih banyak orang-orang yang merasa memiliki kemampuan dan kekuatan bertarung untuk merebut kekuasaan tersebut. Entah, niatannya betul-betul ingin mengabdi menjadi pelayan rakyat, atau sebaliknya untuk memperkaya diri yang endingnya dibui.

Padahal, kalau melihat kinerjanya KPK belakangan yang seringkali melakukan OTT di sejumlah tempat, seolah kasus korupsi di negeri ini akan habis. Namun, kenyataan berbicara lain. Terbukti sejak belasan tahun KPK berdiri hingga sekarang, kasus korupsi dipertontonkan nyaris tiap hari di televisi. Bahkan tak jarang pelaku yang disorot kamera senyum-senyum saja seolah tidak pernah merasa berdosa, dan terkadang masih mengelak tidak mengakui perbuatannya dengan menyewa pengacara handalnya. Sepintas saya selaku masyarakat awam dibuat bingung dengan persoalan korupsi itu sendiri.

Sampai kapan istilah korupsi itu akan leyap dari pandagan dan pendengaran kita? Lalu bila sejumlah institusi hukum sudah tidak mampu memberantas kasus yang merugikan uang negara itu. Lantas ke siapa lagi persoalan itu akan bisa beres ditangani. Biarlah rumput bergoyang yang menjawabnya. Semoga kedepan para pemimpin di tanah air, mulai dari tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi dan tingkat pusat. Betul-betul memiliki kometmen untuk mengabdi menjadi pelayan rakyat hingga berakhir dari jabatannya yang membahagiakan dan membanggakan. Sehingga sampai kapanpun akan selalu mendapatkan tempat di hati rakyatnya. Wallahu'alam Bissoweb.

Penulis, pecinta kopi hitam tinggal di bluto, 7 agustus 2019.

No comments:

Post a Comment