Wednesday, August 28, 2019

"Pa'-Lopa' ", Budaya Nenek Moyang dalam Mempererat Persaudaraan




"Pa'-Lopa'" ,Rokoknya Para Leluhur

Belum hilang dari ingatan saya, saat masih kecil dulu, di mana pada waktu itu almarhum Kakek saya masih hidup. Sering saya lihat ketika ada kerabat ataupun tamu yang datang, maka pertama kali yang dilakukan Kakek menyodorkan "Pa'-lopa' "sambil lalu berbincang-bincang dengan penuh kedamaian dan kegembiraan. Sambil melinting rokok atau lumrahnya dikenal "Mesyel" lalu datang sang Nenek menyodorkan kopi hitam hangat. Sontak kegembiraan mereka bertambah dengan kehadiran kopi hangat yang merupakan pasangan harmonis dengan tembakau asli atau Pa'-lopa' tersebut.

Menariknya, dari perbincangan mereka, mulai seputar pertanian, hewan ternak hingga cerita-cerita masa kecil mereka dahulu. Bahkan yang tidak kalah menariknya, saat mereka bercerita kejadian lucu-lucu dari orang-orang dahulu yang pernah mereka dengar. Sontak gelak- tawa pun pecah siiring semburan asap dari rokok Pa'-lopa' yang mereka hisap.

Tanpa terasa mereka berjam-jam duduk santai sambil berbincang-bincang banyak hal. Sehingga rasa persaudaraan di antara mereka tambah erat berkat pengaruh tembakau Pa'-lopa' yang menjadi alat komunikasi mereka. Bahkan tidak hanya itu, budaya gotong royong pun tetap terbangun, terbukti di akhir perbincangan mereka. Sang Kakek meminta bantuan untuk mengolah sawah untuk bercocok tanam, yaitu tanaman jagung miliknya. Seketika itu kerabat yang diajak ngobrol itu menyanggupi tanpa meminta bayaran ongkos membajak sawah Kakek. Mereka hanya cukup disuguhi makan dan kopi serta tembakau Pa'-lopa' yang dibawa ke lokasi sawah yang dibajak tersebut. Terlihat dengan penuh kedamaian di sela-sela istirahat mengoprasikan bajak sawah tradisional menggunakan sapi, mereka menikmati makanan, kopi hangat dan Pa'-lopa' di bawah pohon yang teduh di pinggir sawah. Sungguh luar biasa sebuah bangunan badaya nenek moyang dahulu, yang belakangan sudah nyaris tidak pernah ditemukan lagi di masyarakat pedesaan di zaman yang makin moderen ini.
Di mana budaya gotong royong mulai luntur. Tidak bisa dipertahankan lagi. Sebab saat ini tradisi gotong royong sudah berubah ke ukuran matari. Sekarang setiap mengolah sawah, ataupun memetik tembakau dan merajang semuanya harus diongkos. Sudah tidak ada lagi istilah gotong royong lagi. Padahal dulu saat saya masih kecil, mulai dari tanam bibit tembakau hingga panen sistimnya gotong royong giliran dengan petani lainnya. Entah kedepannya seperti apa karena kondisi zamanya terus berubah seiring perkembangan yang semakin pesat dan semakin moderen dengan semakin banyaknya alat pertanian yang semakin canggih. Wallahu'alam Bissoweb.

Penulis, pecinta kopi hitam.

No comments:

Post a Comment