Monday, July 22, 2019

Memotret Masa Lalu, Untuk Memahami Hari Ini dan Merangkai Hari Esok Lebih Baik


                      Ya Allah Ya Rob!

Semua orang punya latar belakang yang berbeda, masa lalu yang tidak sama serta segudang pengalaman hidup yang beragam. Ada yang punya masa lalu kelam, ada juga yang cemerlang. Semua itu Sunnatullah. Sebagai wujud kekuasaan yang Maha Kuasa menciptakan mahluknya yang tidak seragam. Sebab dengan seperti itu, maka kehidupan ini semakin indah. Seperti pelangi berwarna-warni di langit indah dipandang mata.

Meski, punya masa lalu yang kelam bukan berarti patah semangat. Melainkan harus bangkit memulai yang baru yang lebih terang. Jadikan masa lalu yang kelam sebagai bahan renungan untuk introspeksi dan evaluasi diri (Baca:Managemen Golbu).

Masa lalu dipotret untuk memahami hari ini yang tengah dijalani. Semua yang tampak di hadapan mata direkam oleh panca indra, kemudian dijadikan sebuah inspirasi untuk membuktikan diri melakukan yang terbaik, minimal untuk kehidupan dirinya sendiri. Sebab apa yang sudah diputuskan dalam kehidupan realita hari ini, masih belum tuntas. Sebab masih ada kehidupan baru lagi yaitu, hari esok yang belum tampak oleh kasat mata. Karena tidak seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi hari esok. Yang ada hanyalah perencanaan yang belum pasti. Makanya manusia perlu sadar diri bahwa dalam hidup ini penuh misteri tidak ada yang abadi (lagu Noah).

Manusia berkewajiban berusaha, dengan kekuatan yang dimiliki baik tenaga dan pikiran yang telah diberikan oleh Allah. Untuk dilestarikan dan dimaksimalkan, selebihnya sepenuhnya hak proitas Allah dengan segala takdirnya. Manusia hanya mampu berdoa, yang diiringi kesabaran, keikhlasan serta tawakkal. Insaallah dengan seperti itu Allah akan memberikan takdir baik untuk hari esok dan seterusnya di masa-masa yang akan datang. Karena Allah adalah dzat yang Maha Mengabulkan doa dari mahluknya. Insaallah Allah akan memberikan jalan keluar. Semoga!

Wallahua'alam Bissoweb..

Penulis, pecinta kopi hitam, tinggal di Bluto Sumenep, 23 juli 2019.

No comments:

Post a Comment