Monday, July 8, 2019

Mendambakan Figur, Mampu Penuhi Kebutuhan Masyarakat Sumenep



(Catatan Penikmat Medsos, menuju Sumenep 2020)

Belakangan, mulai marak di media sosial maupun pemberitaan, tentang siapa saja sosok figur yang dimunculkan untuk bertarung menuju Sumenep 2020.

Bahkan sejumlah nama, baik dari unsur fungsionaris Partai, Pengusaha, Kyai, Akademisi dan tokoh pemuda. Mulai disanding-sandingkan sebagai sosok pasangan yang disinyalir layak untuk memperebutkan Sumenep 2020.

Entah, seperti apa pembacaan dan tolak ukurnya, sehingga berkeyakinan sosok yang dimunculkan ke permukaan itu dinilai sesuai dengan kehendak masyarakat Sumenep.

Kalau dilihat dari kondisi sosial dan kulturnya, masyarakat Sumenep mayoritas agamis-religius. Artinya rata-rata masyarakatnya santri yang identik dengan pesantren. Jadi logis bila sosok yang diinginkan masih berlatar belakang dari Santri.

Di sisi lain masyarakat Sumenep juga plural dan lebih dinamis dari kebupaten lainnya di Madura. Jadi tidak menutup kemungkinan latar belakang lain, baik dari background bangsawan, pengusaha dan lainnya, juga bisa berkesempatan ikut serta berkontestasi merebut orang nomer satu di Sumenep. Semuanya serba mungkin, karena dalam dunia politik "Tidak ada yang tidak mungkin, karena yang ada hanyalah kepentingan abadi".

Sementara secara geografis, Sumenep terdiri dari Daratan dan Kepulauaan. Dan bila disederhanakan yaitu masyarakat petani dan nelayan. Sehingga wajar bila ada kolaborasi antara daratan dan kepulauan. Atau sangat logis pula belakangan marak bermunculan tokoh-tokoh kepulauan yang ingin maju mewarnai pencalonan Bupati dan Wakil Bupati 2020 mendatang. Hal itu didorong keinginan yang sangat kuat untuk memajukan wilayah kepulauan yang selama ini dinilai "Kurang mendapat perhatian".

Di sisi lain, pasca Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres) kemarin, sejumlah Partai Politik yang perolehan kursi-nya dominan di parlemen, sangat berpotensi mempersiapkan kadernya mengikuti kontestasi untuk menjadi orang nomer satu di Kabupaten paling ujung timur Pulau Madura ini.

Fenomena semacam ini bukan hal yang baru di Republik ini. Apalagi persoalan perebutan kekuasaan tentu menjadi isu yang paling seksi, karena banyak orang yang berkepentingan di dalamnya.

Dan yang pasti paling dominan berperan dalam perebutan kekuasaan itu, adalah Partai Politik yang memilik kewenangan dan diatur dalam Undang-Undang pemilu untuk merekom serta mengusung figur yang dipilih oleh rakyat. Meski keinginan Parpol pengusung tersebut tidak semuanya seirama dengan hati pemilih secara umum. Karena faktanya, masih banyak sosok yang tidak di kader dari Partai Politik jauh lebih layak. Hanya saja karena faktor ketidak-beruntungan, sehingga tidak dilirik oleh Partai Politik tertentu.

Oleh karena itu, Maka Partai Politik perlu menghadirkan kamauan rakyat tidak melulu hanya berdasar politik pragmatis saja. Sehingga pemimpin yang dihasilkan nantinya betul-betul murni dari suara rakyat, yang seringkali hanya dijargonkan "Suara rakyat, adalah suara Tuhan".

Tidak berlebihan kiranya, ketika rakyat memimpikan sosok pemimpin Sumenep 2020 yang lebih visioner, perduli dan berpihak pada rakyat tanpa ada diskriminasi antara masyarakat daratan dan kepulauan.

Memang sepintas tidak mudah, karena keinginan itu kadang harus tergilas oleh pergumulan politik yang tidak bisa dikalkulasi secara matematis. Karena dalam politik, hari ini bisa merah, besoknya berubah putih dan seterusnya.

Tetapi yang terpenting, dalam mencari sosok pemimpin itu, harus mampu mengakomodir kebutuhan masyarakat Sumenep, bukan berdasarkan keinginan para elit saja.

Sosok pemimpin itu tidak cukup bermodalkan latar belakang keilmuan dan segudang pengalaman, melainkan aksi nyata yang langsung dirasakan masyakat Sumenep pada umumnya. Wallahua'lam Bissoweb.

No comments:

Post a Comment