Thursday, July 11, 2019

Momentum Lebaran Idul Adha, Khasanah Merajut Persaudaraan yang Mulai Rapuh


Lebaran Idul Adha yang tidak lama lagi, menjadi momentum penting untuk merajut kembali persatuan dan kesatuan bangsa yang mulai rapuh. Karena dalam lebaran ini, ada tradisi “silaturrahim”, yakni tradisi Saling memaafkan antar sesama, khususnya bagi ummat muslim. Dengan tradisi ini, menjadi solusi  yang sangat tepat untuk meminimalisir perpecahan dan permusuhan. Baik dalam pertemanan, keluarga, antar golongan maupun antar kelompok. Karena di momentum lebaran semua ummat muslim tengah larut dalam kemenangan, kebahagiaan serta semua persoalan yang sempat membebani baik dalam pemikiran, perasaan serta hawa nafsu, mayoritas sepakat meletakkan jauh-jauh demi menghormati hari besar Agama Islam tersebut.

Tidak hanya ummat muslim, momentum lebaran ini, juga didukung sepenuhnya oleh warga non muslim, dengan cara menghormati, tidak menciptakan kegaduhan apalagi mengganggu jalannya perayaan lebaran. Pun juga demikian, ummat muslim menghormati setiap warga non muslim yang merayakan hari besar agamanya, dijaga kondusifitasnya tidak saling mengganggu melainkan menghormati sesama warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).  

Oleh karena itu, semua  ummat muslim dari berbagai jenis, profesi maupun jabatan yang melekat pada dirinya perlu terus menjaga dan melestarikan nilai-nilai kebersamaan, persatuan dan kesatuan dengan memanfaatkan momentum lebaran sebagai ajang  merajut kembali persaudaraan dengan tradisi “silaturrahim”. Di momentum ini, kesempatan untuk membuang jauh-jauh rasa gengsi, angkuh, dan kesombongan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu bersalam-salaman dengan ucapan saling maaf memaafkan. Dengan seperti itu, maka pikiran negatif akan tersingkir dengan sendirinya, tersisih oleh pikiran positif  kedewasaan   yang timbul secara tiba-tiba akibat pengaruh momentum lebaran.

Sangat penting kiranya, bagi para elit maupun politisi, utamanya yang masih dilanda rasa kecewa maupun sakit hati pasca Pemilu, Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres) untuk memanfaatkan momentum lebaran Idul Adha yang tidak lama lagi. Untuk dijadikan ajang saling memaafkan, dengan cara bersilaturrahim mendatangi ke kediamannya masing-masing guna merajut kembali persaudaraan yang sempat rapuh.  

Pemandangan seperti ini, sudah tidak asing lagi di negeri ini. Utamanya bagi tokoh-tokoh penting, bahkan penguasa  sekalipun secara tidak langsung secara politis banyak diuntungkan dari momentum hari lebaran tersebut. Justru bagi hemat penulis, terasa aneh bila penguasa di Negeri ini tidak menjadikan momentum lebaran ini sebagai ajang mempersatukan ummat sebagai Negara yang majemuk. Penguasa dituntut harus peka terhadap kondisi riil bangsa ini yang beraneka ragam, apalagi negeri ini didominasi oleh ummat muslim.

Apalagi di lebaran Idul Adha ini, terdapat anjuran berkurban bagi ummat muslim yang secara ekonomis berkecukupan. Dengan berkurban ini, Semakin menambah hasanah kehidupan social. Intraksi terus terpupuk sehingga keutuhan persatuan dan persaudaraan terus terpelihara. Berkurban tidak hanya sebatas dimaknai membagikan daging kurban, tetapi dibalik itu terdapat nilai sosial yang tinggi. Yaitu  mampu merajut persaudaraan dan  tali silaturrahim antar sesama, baik masyarakat biasa, penguasa dan pengusaha. 

Oleh karena itu, penulis berkesimpulan, bahwa momentum lebaran ini, sejatinya mempersatukan ummat dari semua lintas profesi maupun golongan. Semuanya sama sebagai masyarakat yang berjiwa luhur, berbudi pekerti, menghormati perbedaan dan menghargai sesamanya. Sehingga dengan momentum lebaran ini persatuan dan kesetuan bangsa di Republik ini akan semakin kokoh dan semakin disegani oleh Negara asing yang tidak memiliki tradisi “silaturrahim” yang menjadi cirikhas Masyarakat Nusantara ini.

Penulis penikmat kopi hitam, tinggal di Bluto Sumenep.

No comments:

Post a Comment