Monday, July 22, 2019

Misteri, Perbedaan Manusia Dulu dan Sekarang



                Buuk singkong kuliner tempo dulu


Puluhan tahun yang lalu. Entah, tahun berapa saya lupa. Tapi kalau tidak salah, Saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Pada waktu itu Kakek minta dinjak punggungnya "Jekenje" di surau tempat kakek beristirahat. Sambil lalu kakek bercerita di masa Kakeknya dia masih hidup.

Banyak hal yang diceritakan. Tetapi, dari cerita yang saya tangkap, bahwa pada masa kakeknya beliau, Kabupaten Sumenep masih dipimpin oleh seorang "Ratoe". Entah Ratoe siapa yang kakek maksud, karena saya tidak sempat bertanya. Saya hanya mendengarkan saja dari apa yang diceritakan beliau.

Cuma dari cerita itu yang saya ingat, bahwa kakeknya beliau pernah disuruh membajak sawahnya Ratoe Sumenep yang lokasinya di sekitar Kota Sumenep, entah di daerah mana. Karena kakek hanya bilang, bahwa kakeknya itu berangkat dari Desa Lebeng Barat, Kecamatan Pasongsong menuju Sumenep. Untuk membajak sawah milik Ratoe Sumenep.

Singkat cerita, Konon kakeknya beliau itu, berangkat dari Desa Lebeng Barat sejak dini hari menuju Sumenep, sambil memikul bajak sawah yang terbuat dari kayu dan membawa sepasang hewan sapi ternak. Entah, sesampainya di Sumenep higga pukul berapa, tetapi yang pasti siang hari.
Karena kata kakek, kalau di masa itu, bila dibutuhkan sang Ratoe, apalagi untuk membajak sawahnya rakyat langsung tunduk dan melaksanakannya. Karena mungkin pada waktu itu seorang Ratoe memang sosok yang begitu terhormat dan sangat disegani. Sehingga semua perintahnya wajib dipatuhi.

Setelah kakek bercerita, saya tidak begitu merasa heran atau penasaran. Hanya terasa cerita biasa seolah tidak begitu berkesan. Namun cerita itu baru terniang di pikiran setelah saya pulang ke Rumah Pasongsongan dengan jarak tempuh sekitar satu jam perjalanan, dengan mengendarai motor berkecepatan sekitar 70 hingga 80 kecepatan.Itu pun terasa lelahnya, padahal hanya duduk di atas motor yang dijalankan oleh mesin moderen.

Lalu saya berfikir membayangkan betapa hebatnya dan kuatnya orang dulu, berjalan kaki sejauh sekitar 50 Km dari Pasongsongan-Sumenep itupun sambil memikul bajak sawah dan membawa sepasang hewan sapi. Sungguh sangat di luar nalar. Apa kira-kira yang menjadi faktor orang dulu bisa sekuat itu. Padahal kalau dari segi makanan, mungkin pada waktu itu paling pavorit singkong rembus dipadu dengan sambal garam. Sangat jauh dengan manusia sekarang yang makanannya serba moderen tetapi malah penyakitan.

Mungkinkah di jaman moderen ini, masih ada orang yang kuat seperti orang dulu memikul bajak sawah sambil membawa sepasang hewan sapi berjalan kaki dari Pasongsongan ke Sumenep?, kayaknya mustahil. Toh walaupun ada dijamin masuk Muri.

Demikian sekumit cerita kakek yang sampai sekarang saya ingat. Semoga temen-teman yang lain punya cerita yang lebih menginspirasi..semoga bermanfaat..

Penulis, pecinta kopi hitam, tinggal di Bluto Sumenep, senin 22 juli 2019.



No comments:

Post a Comment