Wednesday, July 17, 2019

Pembagian Kekuasaan, Dilema antara Profesionalitas dan Tekanan Internal




Tradisi pasca hajatan demokrasi, entah itu Pilpres, Pilgub dan pil-pil lainnya, sudah pasti yang mencuat ke permukaan terkait persoalan pembagian kekuasaan. Siapa saja yang akan ditempatkan di pos-pos strategis untuk membantu menjalankan roda kepemimpinannya.

Terlepas apakah orang yang ditempatkan itu nantinya sesuai tidaknya dengan kemampuan dan kapasitas yang dimiliki. Karena diakui, seorang pemimpin yang telah berhasil merebut kekuasaan bukan berangkat dari tangan kosong, apalagi menggunakan "Binsalabin" sesuatu yang mustahil. Sehingga wajar dan menjadi lumrah siapa yang mendukungnya akan besar kemungkinan menduduki jabatan empuk tersebut. Kalau dalam istilah Maduranya,"Tengka, bede pakon ye paste bede pakan".

Artinya, secara kasat mata, orang yang akan ditempatkan di posisi strategis itu sudah terbaca. Salah satunya dari unsur partai politik yang mengusungnya. Tradisi semacam itu bukan hal yang baru di negeri ini. Jadi, dengan begitu penempatan jabatan strategis itu, bukan murni semata-mata karena dorongan profesionalitas melainkan bisa dibilang kompensasi atau yang lebih ekstream lagi, karena faktor tekanan internal.

Cuma yang aneh, ketika memang dari awal tidak mendukung, atau bisa dibilang memang mustahil untuk mendukung, ibarat langit dan bumi. Tiba-tiba sok jadi pahlawan kesiangan meminta jatah dengan mengklaim akan memperbaiki keadaan ke arah yang lebih baik. Sikap semacam itu sangat tidak cocok dengan budaya lokal di negeri ini yang kental dengan istilah,"Etika dan moralitas dalam berpolitik".

Mestinya pihak yang jelas-jelas tidak mendukung bersikap lebih dewasa dan jantan. Dengan tetap konsisten berjuang di jalurnya. Yaitu menjadi penyeimbang, pengontrol, penginspirasi serta sebagai kritik yang konstruktif guna tercapainya kesuksesan pembangunan yang dicita-citakan bersama.

Catatan penulis, siapapun pemimpin yang terpilih, diharapkan mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi, kelompok atau golongan tertentu. Dengan menempatkan orang-orang yang memang punya kemampuan dibidangnya. Tanpa harus mengenyampingkan pihak-pihak lain yang telah mendungnya. Karena pemimpin sejatinya menyangkut kepercayaan, harapan, keyakinan rakyat untuk membawa bangsa ini kearah yang lebih baik lagi. Wallahu'alam Bissoweb.

Penulis, pecinta kopi hitam, tinggal di Bluto Sumenep.

No comments:

Post a Comment