Monday, July 29, 2019

Perlu Mempertajam Branding, Menuju Sumenep Kota Wisata



                   Pantai Salopeng Sumenep

Untuk mewujudkan kesuksesan Visit Sumenep 2019, maka tidak bisa dilepaskan dari branding yang dibangun dengan narasi yang meyakinkan publik secara massif dan berkesimbungan. Bahkan kalau perlu semua visi pembangunan itu muaranya ke branding wisata itu sendiri. Seperti yang dicontohkan daerah lain yang sukses dari sektor pariwisatanya, semisal Kota Batu, dan Pulau Dewata Bali. Dimana bangunan narasinya atau branding dua kota wisata itu sangat kuat. Sehingga ketika orang menyebut Kota Batu dan Bali, maka yang tampak adalah wisatanya.

Hal semacam itu, bukan sebuah kemustahilan bagi Kabupaten Sumenep, yang kaya destinasi wisata, budaya, kesenian, kerajinan dan peninggalan kerajaan sebagai cirikhas ikon Sumenep. Sungguh sangat luar biasa bila betul-betul dikelola oleh orang-orang profesional dan visioner. Mampu mendesain visit sebagai pintu masuk menjadikan kota Sumenep, sebagai Kota rujukan wisata di Madura pada khususnya.

Menyimak Perkembangan Destinasi Unggulan di Sumenep

Namun ketika melihat perkembangan destinasi unggulan di Sumenep. Terkadang sangat pesimis. Seperti melihat perkembangan wisata Pantai Salopeng dan Lombang. Entah, sudah beberapa kali kegiatan event di dua destinasi wisata Pantai Salopeng dan Pantai Lombang ini digelar. Selain kegiatan yang masuk event baik visit 2018 maupun event 2019. Tetapi, sepengetahuan saya, sejak kecil sudah seringkali datang ke dua lokasi ini. Kalau tidak salah setiap momentum lebaran ketupat rutin digelar sejumlah hiburan, mengundang sejumlah pihak termasuk para artis untuk menyedot pengunjung agar datang ke tempat ini, untuk menikmati keindahan pantai dengan balutan pasir putih dan pohon cemaranya yang rindang.

Bahkan saya dengan temen-temen lainnya, utamanya yang jurnalis televisi, seringkali liputan dua tempat wisata ini. Bahkan bisa dibilang sudah menjadi langganan liputan di setiap momentum liburan, baik liburan sekolah, lebaran, dan hari-hari penting nasional. Dari liputan itu seringkaki tayang di siaran berita nasional.

Belum lagi yang sudah diaplud di media sosial, bisa dibilang puluhan bahkan ratusan akun youtube yang telah mengaplud dua destinasi wisata di bawah pengelolaan Dispubparpora ini.

Perkembangan terbaru, dua wisata bahari ini, sama-sama digelar festival batik on the sea. Yang tentunya dari kegiatan itu diharapkan mampu mendongkrak pendapatan asli daerah PAD dari dua destinasi wisata ini. Mungkin pemerintah Kabupaten Sumenep, sudah melakukan sejumlah upaya, Seiring mulai banyak bermunculan wisata baru, yaitu wisata buatan, milik swasta yang mampu menyedot pengunjung. Sehingga dua wisata milik Pemkab ini mulai "Tersaingi".

Melihat kondisi dua tempat wisata, yang sejauh ini belum ada "Perkembangan yang signifikan", muncul beragam pertanyaan. Salah satunya datang dari seorang pengunjung Astuti, saat menikmati suasana pantai salopeng dan menyaksikan fashion show batik on the sea, beberapa hari yang lalu, bahwa pantai Salopeng sebenarnya sangat berpotensi bisa dikembangkan dan juga bisa terkenal mengalahkan wisata bahari daerah lain di Jawa Timur, dengan sarat penunjangnya harus dilengkapi. Misalkan, wahana permainan dan fasilitasnya dibenahi, kemudian dilengkapi dengan tempat penginapan di sekitar lokasi wisata. Sehingga pengunjung yang datang lebih kerasan berlama-lama di tempat ini. "Mestinya di tempat wisata itu, juga ada aksesoris produk lokal cirikhas sumenep yang dipasarkan sebagai oleh-oleh pengunjung, termasuk kuliner yang merupakan asli lokal sumenep," katanya.

Padahal untuk dua wisata ini sudah dianggarkan pememilaharan di APBD 2019 masing-masing Pantai Lombang sekitar Rp 2,2 miliar dan Pantai Salopeng Rp 1 miliar lebih, (radarmadura.jawapos.com., 7/1/2019).

Bahkan seringkali wakil rakyat berteriak agar pengelolaan dua destinasi wisata ini lebih maksimal, sehingga mampu mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD). Bukan sebaliknya, hanya menjadi beban APBD yang dinilai tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap daerah itu sendiri.

Lantas, kemana dampak dari 36 event visit 2018, kemudian ditambah lagi dengan 40 event visit 2019 yang dicanangkan pemerintah dengan anggaran yang tentunya begitu fantastis. Saya terkadang larut dalam kebingungan sendiri, dan bertanya-tanya sendiri, lalu seperti apa sih konsep yang diinginkan pemkab Sumenep, untuk memajukan dalam sektor wisatanya?.

Padahal kalau berkaca pada Kota Batu Malang, yang hanya memiliki tiga kecamatan, tetapi berhasil membrending Kota Batu menjadi kota wisata yang tidak sepi dari pengunjung setiap harinya. Bahkan setiap akhir tahun Kota Batu selalu menjadi pilihan para wisatawan dari berbagai daerah. Wallahu'alam Bissowe.

Penulis, Pecinta Kopi Hitam, Tinggal di Bluto, 30 juli 2019.

No comments:

Post a Comment